Kreatifitas usaha pengrajin TEMPE
Bantul yogyakarta
Pada kali ini saya mencoba merangkum apa yang telah saya
survey dengan teman-teman guna memenuhi tugas kuliah mata kuliah technoprenuership,disini
saya mengambil pengamatan dari seorang ibu pengusaha tempe yang di mana
keseharian nya ya itu membuat tempe guna menopang kebutuhan hidup nya,disini
saya mengamati tata cara pembuatan tempe tersebut dari bahan apa dan berapa
lama,serta tak lupa juga saya menanyakan tentang tata cara penjualan beliau
seperti apa/sistem penjualan beliau hingga usaha pembuatan tempe tersebut
berjalan dengan maksimal,disini saya akan menceritakan sedikit yang saya
rangkum dari perkataan ibu tersebut mengenai cara membuat tempe tersebut:
è Pertama kacang kedelai di cuci hingga bersih sampai kulit
dari kacang kedelai tersebut mengelupas
è Kemudian kacang tersebut di rebus dengan suhu yang telah
di tentukan
è Setelah kacang kedelai tersebut di rebus kemudian di lakukan
penghancuran kacang kedelai tersebut dengan cara di injak-injak agar
menghasilkan hancuran yang lunak
è Kemudian setelah lunak,kacang kedelai tersebut di diamkan
selama 1 malam
è Setelah 1 malam,kacang kedelai yang telah lunak tersebut
di rebus kembali kemudian di kasih ragi tempe sebagai pembuat serabut dari
tempe tersebut
Dari hasil diskusi saya bersama ibu tersebut mengatakan
bahwa tempe tersebut baru bisa di katakan siap jual dalam waktu 2 hari.
Kemudian setelah berdiskusi tentang cara pembuatan tempe
tersebut kemudian saya menanyakan sistem penjualan nya bagaimana dan berapa keuntungan yang di peroleh perhari
nya
Dari diskusi bersama ibu tersebut mengataan bahwa
penjualan nya yaitu di salurkan ke
pasar-pasar tradisional,ke penjual sayuran yang ada di dekat rumah,dll
sebagainya.
Untuk harga tempe tersebut yaitu Rp.200 per potong
tempe.dalam 2 hari ibu tersebut dapat membuat sebanyak 5kg kedelai dengan 1kg
kedelai menghasilkan 40 potong tempe,maka kalau 5kg kedelai dapat menhasilkan
200 potong tempe,nah jika di kalikan dengan harga perpotong tempe tersebut
yaitu Rp.200 maka ibu tersebut memperoleh uang sebesar Rp.400.000 dari hasil
penjualan tempe tersebut dan itu belum di potong dengan pembelian daun pisang
sebagai pembungkus tempe tersebut..
Kemudian saya bertanya “ apakah sering gagal dalam
pembuatan tempe tersebut?”
Ibu tersebut menjawab sangat sering,pembuatan tempe
dikatakan gagal jika serabut dari ragi hasil rebusan tidak menyatu.dan alhasil
dengan terpaksa tempe pembuatan yang gagal tersebut di buang.
Dari survey tersebut dapat simpulkan bahwa, walaupun
memperoleh keuntungan yang kecil,jika di tekuni akan menghasil kan keuntungan
yang besar,dan setiap usaha pasti
mengalami kegagalan walaupun membuat kerugian yang cukup lumayan
besar/banyak.
Kerajinan Kulit Pak Rosman
Manding Yogyakarta
Di Manding, Bantul, Yogyakarta dikenal sebagai sentral
industri kulit. Di desa tersebut banyak pengerajin kulit. Salah satu pengrajin
kulit di Manding adalah pak Rosman. Pak Rosman memulai industrinya awalnya
sebagai buruh kemudian berinisiatif untuk berwirausaha. Beliau mulai mendirikan
usahanya ini dari tahun 1989 sampai sekarang. Usahanya tersebut melayani
berbagai kerajinan kulit sepeti tas, sepatu, ikat pinggang, jaket, dompet, dll.
Beliau sudah berhasil mengekspor produknya sampai ke mancanegara antara lain
Korea, Jepang, Amerika , dan Inggris. Dalam usahanya ini pak Rosman lebih
beraspekkan pada pemesanan barang dari si pengunjung. Biasanya pak Roosman membuat
barangnya sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan oleh pemesannya. Dikarenakan
pak Roosman tidak ingin menanggung resiko barang tidak laku terjual. Akan tetapi ppesanan yag diterima oleh pak
Roosman hingga saat ini selalu stabil. Bahkan hingga mampu merauk pasar
mancanegara.
Pak Roosman mendapat bahan baku dari
luar kota sepeti Magetan, Jawa Timur. Bahan baku berupa kulit sapi dan kulit
domba. Kulit sapi biasanya digunakan untuk tas, dompet, ikat pinggang, dan
sepatu. Sedangkan kulit domba digunakan untuk pembuatan jaket dan hiasan
sedikit pada tas. Untuk pembuatan 3 tas diperlukan waktu seminggu agar menjadi
tas yang layak jual. Modal yang dibutuhkan untuk membuat satu tas sebesar Rp
50.000,00. Kemudian tas tersebut dijual dengan harga berkisar Rp 350.000,00 ke
atas. Proses pembuatan kerajinan kulit tersebut pertama adalah membersihkan
kulit sapi maupun domba dengan dicuci. Kemudian dikeringkan selama 1 hari
apabila cahaya matahari cukup terik. Kemudian dilakukan pengepresan. Untuk 1
lemar kulit yang akan dipres dihargai Rp 5.000,00. Setelah dipres kulit
dipotong sesuai pola yang diinginkan. Setelah dipotong, kulit dirangkai lalu
dijahit. Untuk mengikat daya tarik konsumen, produk diberi beberapa aksesoris.
Beliau setiap 3 bulan sekali melakukan pengeksporan ke Korea sebanyak 3.000
buah. Selain pengeksporan, beliau juga melakukan pemasaran secara online dan
dijual di mall-mall besar di Jogja. Industri ini selain dikelola Pak Rosman
sendiri juga dikelola anaknya. Anaknya khusus mengangani pemasaran di luar
negeri.
Dari perbincangan saya dengan pak rosman dapat saya
simpulkan bahwa selagi tekun dalam usaha dapat menghasilkan sesuatu yang kita
inginkan,dan usaha tersebut dapat terlihat dari kesempatan dan sebagaimana cara
kita menyikapi datang nye kesempatan tersebut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar